OLEH:
Abdul Azis Fauzul Adzim
Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII).
(HP: 0812-8446-8131)
JAKARTA - Pemerintah dinilai kurang serius dalam menyikapi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika serikat.
Terpantau Kamis (6/9/18) nilai tukar rupiah berada pada titik 14.904,00 per dolar Amerika Serikat, dan hingga Sabtu (8/9/18) sudah mencapai level 14966,05 per dolar Amerika Serikat. penurunan yang cukup drastis dalam waktu singkat.
Besar kemungkinan nilai rupiah terhadap dolar AS akan terus merosot hingga lebih dari 15.000, padahal menyentuh level 14.000 saja, itu bencana besar bagi perekonomian Indonesia. Maka saat ini lebih dari bencana besar sedang melanda Indonesia.
Saat ini pemerintah malah sibuk menyalahkan kondisi eksternal seolah menghilangkan sentimen perekonomian internal yang juga sangat mempengaruhi anjloknya nilai rupiah. Sebut saja neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit, kemudian kinerja perdagangan yang kurang optimal yang juga penyebab defisit perdagangan Indonesia, atau masalah kepemilikan asing di surat berharga negara yang dinilai cukup besar.
Dengan kondisi pemerintah yang terus menyalahkan kondisi eksternal, kian diragukan pemerintah dapat mengatasi musibah besar terpuruknya nilai rupiah ini.
Memang ada beberapa pihak yang diuntungkan dengan melemahnya nilai rupiah ini. Tetapi itu hanya sementara dan bukan untuk kepentingan nasional.
Jika pemerintah tidak fokus dan masih bermain-main dengan musibah besar ini, apalagi hingga mengambil keuntungan pribadi dari keterpurukan ekonomi nasional, maka Menkeu sebagai pimpinan lembaga negara yang paling bertanggung jawab terhadap persoalan ini harus diganti. Saya kira masih banyak ekonom yang mampu menangani musibah ini di Indonesia, bukan hanya satu orang.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan kondisi ekonomi nasional akan membaik jika pemerintah serius dan fokus mengedepankan kepentingan nasional. (*)
Editor: Abhy
Editor: Abhy